Minggu, 24 Juli 2011

Ciputra : Pemerintah Perlu Alokasikan Anggaran Kewirausahaan

Nusa Dua - Pemerintah diminta untuk turut mementingkan pendidikan kewirausahaan. Tidak hanya memasukkan dalam kurikulum pendidikan, namun juga diberikan alokasi khusus anggaran tersendiri.

Menurut pengusaha yang juga taipan properti Ir Ciputra, minimal dana Rp 25 triliun harus disediakan pemerintah dalam anggaran pendidikan. Dengan kombinasi dana khusus dan kurikulum terstruktur, akan banyak wirausaha yang muncul dengan sikap mandiri dan kreatif.

"Minimal Rp 25 triliun 2% dari seluruhnya (APBN), atau 10% budget anggaran pendidikan," papar Ciputra di sela-sela regional entrepreneurship summit, di Nusa Dua Bali, Minggu (24/7/2011).

Ciputra menambahkan, untuk memulai pendidikan wirausaha dalam kurikulum formal, yang pertama kali dilakukan adalah mengubah pola pikir guru-guru. Ini terbukti berhasil dan telah dilakukan Ciputra dalam Universitas yang ia dirikan.

"Guru-guru harus dicuci dulu. Ubah mainset berfikirnya. Selama ini mana ada program untuk itu? (Pemerintah)," ucap Ciputra.

Penting bagi guru untuk mengubah paradigman, bahwa murid tekun dan patuh tidak menjadi indikator mereka sukses di masa mendatang. Yang terpenting adalah kreatif dan mandiri.

"Guru ingin anak patuh dan tekun, bukan itu utamanya," tegasnya.

sumber: detikfinance

Selasa, 19 Juli 2011

Mungkinkah Lembaga Bimbingan Belajar Mengungguli Sekolah?

Lembaga bimbingan belajar adalah lembaga informal yang mengurusi masalah pendidikan. Lembaga bimbingan belajar didirikan oleh pihak swasta dan 100% biaya di ambil dari pengelola.

Lembaga bimbingan belajar berusaha untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Selain itu sebuah lembaga bimbingan belajar memiliki tujuan mencari finansial. Artinya pendirian sebuah lembaga bimbingan belajar bertujuan untuk mencari nafkah bagi penghidupan keluarga beserta karyawan yang mengelola lembaga bimbingan belajar tersebut.

Adanya unsur komersil tersebut, membuat antar lembaga bimbingan belajar terjadi persaingan yang sengit namun masih dalm koridor yang sehat. Tidak menimbulkan gejolak di masyarakat , sehingga tidak merusak nama pendidikan itu sendiri.


Berbeda dengan persaingan yang ada di pasar . Persaingan penuh intrik, konspirasi, kecurangan, bahkan merugikan konsumen yang menjadi pelanggannya. Hal ini tidak terjadi di sebuah lembaga bimbingan belajar di manapun.

Adanya persaingan inilah, membuat kualitas sebuah lembaga bimbingan belajar terus menanjak, kualitas guru meningkat, fasilitas di sempurnakan, metode ajar dibuat sebanyak mungkin sehingga tidak menimbulkan kebosanan siswa dalam belajar.

penyempurnaan demi penyempurnaan ini tidak lain adalah untuk mejawab persaingan pendidikan formal yang di wakili oleh sekolah. Dengan fasilitas lengkap, metode banyak dan sarana yang modern akan membuat lembaga bimbingan belajar menjadi lebih maju di bandingkan dengan sekolah.

Dengan munculnya hal tersebut. Maka tidak menutup kemungkinan bahwa lembaga bimbingan belajar akan menjadi tempat pendidikan yang lebih baik di bandingkan dengan pendidikan yang di peroleh dari sekolah.